Global Var

Lagi, dan Lagi

Lagi,
Aku tak berkesempatan memilin indahnya senja. Aku tak berkesempatan tersenyum pada sinar kemerahannya. Tak ada lagi senja yang menghangatkan, siang yang menyengat, atau pagi yang menggairahkan. Semua berkabung layu, termakan kecemburuan gerimis yang membuta. Semalam, aku telah menyiapkan berpuluh tenaga unutuk menyambut pagi, dan puluhan lainnya untuk mendekap senja. Tapi ternyata, gerimis terlanjur menengok kebelakang. Dan pagipun pecah, senjapun menggelantung.

Lagi,
Aku hanya mampu memandang jejarum yang jatuh meruncing tanpa bisa menemukan total butirannya. Sajak cinta berkata, "Jika kau ingin tahu seberapa banyak rasa cintaku kepadamu, keluarlah, dan hitunglah rintik demi rintik air di luar sana. Maka kau akan tahu, sebanyak itulah aku mencintaimu". Tapi aku tak sedang terundung cinta, aku tak sedang terselimuti sayang. Maka dari itu, aku ingin meneguknya, sedikit saja.

Lagi,
Aku hanya mencinta pada suasana. Aku juga hanya membenci suasana. Aku tak mencinta lelaki yang memiliki kosa kata semanis madu. Aku tak menyayangi lelaki yang mempunyai tatapan yang mematikan. Aku sedang terpikat oleh keharuman senja. Dan aku hanya terundung duka oleh datangnya gerimis yang datang menyela. 

Lagi,
Dan hanya lagi. Rasa rindu itu menyeruak. Tanpa objek dan tujuan. Entah dari sudut mana kerinduan itu menyergap. Mungkin dari sela tetesan air yang tak begitu kerap. Aku tak bisa melihatnya. Aku benci pada rintik hujan, selalu mendatangkan rindu tanpa mendatangkan labuhan. Aku benci pada hujan, selalu mendatangkan tangis tanpa membawa serta sapu tangan. Aku benci kepada hujan, selalu mengirimkan sedih tanpa menyiapkan sandaran.

Lagi,
Lagi,
Lagi, aku meratapi kesendirian.