gambar: http://www.kaskus.co.id |
Mungkin posisi teman saya itu sama dengan posisi saya satu tahun yang lalu. Seorang pemula yang ingin benar-benar bisa menulis dan mempublikasikan tulisan yang saya buat. Sama, saat itu saya terinspirasi tulisan-tulisan teman saya yang bernada nyastra (sastra) yang juga sering diposting dalam jejaring sosialnya. Sedikit singgungan, saya terkagum-kagum dengan tulisannya, dan endingnya saya terkagum-kagum pula pada orangnya (curhat).
Kembali ke laptop. Dalam menulis, banyak kenyataan-kenyataan pahit yang menghambat laju tulisan-tulisan yang saya buat. Jangan dikira menuliskan gagasan yang telah tersaji di otak itu gampang. Untuk orang setaraf saya, menulis jelas sangat susah, kecuali memang ada banyak aspek disekitar saya yang kesemuanya merupakan aspek positif yang membuat saya gampang untuk menulis.
Contohnya ketika ada ide, dan otak saya sedang berpotensi untuk memikirkan hal yang menjangkau ide saya. Istilahnya sedang ada spasi untuk juga memikirkan kata apa yang akan saya ramu menjadi sajian lew]zat para pembaca. Yang kedua, ketika saya sedang galau segalau galaunya. Saya mengistilahkan keadaan ini sebagai galau produktif. Karena ketika saya galau dan sedih, tulisan-tulisan yang berbau sastra akan begitu saja teralirkan dari pencetan-pencetan jari saya di atas tuts-tuts keyboad saya.
Sedangkan untuk waktu-waktu selain itu, seperti saat ini, meskipun banyak ide yang saya pendam dan belum sempat saya sampaikan dalam bentuk rangkaian kata dalam tulisan, tapi tulisan yang saya inginkan itu belum pernah berwujud. Karena apa? Jelas karena masalah-masalah di atas. Saya menulis ini hanya sebagai media untuk menggembleng saya agar tetap menulis bagaimanapun keadaannya, semampu saya. Mengingat ada suatu hal menarik yang dapat saya jadikan acuan untuk menjadi penulis, bahwa menulis itu seperti berenang. Jika ingin bisa berenang, usahanya ya harus nyemplung ke dalam air. Sama juga dengan menulis. Jika ingin bisa menulis, maka menulislah, dan berenanglah!
Posting Komentar