Global Var

Orang Islam, Harus Kaya!

        Harus kaya? Mengapa harus orang Islam? Sebelum mencapai logika tersebut, marilah kita mengkaji dahulu apa yang sebenarnya dinamakan dengan kaya. Apakah kaya adalah orang yang dapat mencukupi segala bentuk kebutuhan hidupnya sendiri? Apakah orang kaya adalah orang yang mempunyai harta lebih dari cukup untuk sekedar membiayai hidupnya? Atau, apakah orang kaya adalah orang yang memiliki nominal harta milyaran rupiah?

        Dr. H.M. Luthfi Musthofa, M.Ag, dosen Tasawuf Fakultas Psikologi UIN Maliki Malang mengatakan dalam salah satu pertemuan perkuliahan beliau bahwa orang yang dapat dikatakan kaya adalah orang yang mampu menghidupi dirinya sendiri dan mempu memberikan 'sesuatu' kepada orang lain. Misalnya kaya harta, maka orang kaya harta adalah orang yang mampu menghidupi diri sendiri dan mampu mengeluarkan uang atau hartanya untuk orang lain. Seandainya masalah jasa, maka orang yang mampu memberikan suatu jasa kepada orang lain, maka itulah yang disebut dengan kaya. Semakin banyak uang harta maupun jasa yang mampu dikeluarkan untuk orang lain, maka semakin kayalah orang tersebut.

        Berbicara soal memberi, ada slogan legendaris yang berbunyi "Tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah." Artinya jelas semua orang sudah tahu, jika memberi merupakan suatu tindakan yang jauh lebih baik dari pada meminta ataupun menerima, apapun itu asalkan masih dalam konteks yang benar, baik berupa harta secara riil, pertolongan jasa, ataupun bentuk-bentuk pemberian yang lainnya. Mengapa memberi bisa menjadi suatu hal yang lebih baik? Karena untuk bisa memberi, tidak hanya membutuhkan untuk memiliki harta atau sesuatu yang lebih, tapi juga harus disertai dengan rasa ketersediaan hati untuk memberi secara ikhlas. Simpelnya, selain membutuhkan kemampuan, juga membutuhkan kemauan.

        Dalam hal ini, Allah SWT menegaskan dalam kitab suci Alqur'an surat Albaqarah ayat 245 yang berbunyi:  مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافًا كَثِيرَةً ۚ وَاللَّهُ يَقْبِضُ وَيَبْسُطُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ  yang artinya: "Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan." Selain itu, terdapat juga salah satu hadits Nabi Muhammad yang artinya: “Sesungguhnya sedekah seseorang walau hanya sesuap, akan dikembangbiakkan oleh-Nya seperti gunung, maka bersedekahlah.” (HR. Bukhari dan Muslim).

        Begitu mulianya Allah SWT sehingga menganggap bahwa harta atau jasa yang dikeluarkan manusia untuk membantu sesamanya dalam hal kebaikan dianggap sebagai harta yang kita pinjamkan kepadaNya. Dengan begitu, Allah akan mengembalikan sesuatu yang dipinjamNya tersebut dengan melipatgandakan jumlahnya. Apakah dengan memberi, harta kita akan berkurang? Ya, tapi akan berlipat ganda pada akhirnya, karena itu adalah janji Allah SWT. Hal ini juga bisa kita jadikan sebagai bukti bahwa Allah adalah Dzat yang Maha Memberi dan Maha Pemurah.

        Melihat betapa dianjurkannya bersedekah dan memberi dalam ajaran agama Islam, maka orang Islam haruslah kaya. Entah kaya harta (kemampuan), ataupun kaya hati (kemauan). Mengapa? Karena hanya orang kaya hartalah yang akan mempunyai kemampuan untuk memberikan sesuatu untuk sesamanya. Dan hanya orang yang kaya hatilah yang akan mempunyai kemauan secara ikhlas untuk memberikan apa yang ia punya terhadap orang lain. Memberi yang dimaksudkan disini bukan hanya memberikan uang atau harta. Contohnya jika tidak memiliki uang untuk membantu orang yang sedang kesusahan, maka kita juga bisa memberikan suatu semangat motivasi secara non materiil.

        Oleh karena itu, Islam juga memotivasi penganutnya untuk bekerja dengan giat seakan-akan orang tersebut akan hidup selamanya, dan diimbangi oleh beribadah segiat-giatnya seakan-akan orang tersebut akan mati keesokan harinya. Karena dengan kekayaan tersebut, maka orang akan berpotensi untuk memberi dan bersedekah. Logikanya, semakin kaya, maka semakin berpotensi untuk memberi. Semakin memberi, maka semakin disayang oleh Allah SWT. Jadi dilihat dari konteks ini, maka kaya adalah suatu keharusan bagi orang Islam. Wallahu A'lam.

       
Catatan: Tulisan ini juga saya posting di blog FLP UIN Maliki Malang