Global Var

Ter - Modelling

        Pernah mengidolakan sesuatu atau seseorang? Pasti ketika kita mengalaminya, kita berusaha untuk mirip dengan idol yang kita sanjungkan. Dan tanpa sadar, kita telah termodelling oleh keadaan. Kita telah termodelling oleh kenyataan. Tanpa perencanaan, tanpa paksaan.

        Modelling adalah salah satu metode yang ada dalam dunia Psikologi yang sering digunakan untuk memodifikasi perilaku seseorang. Modelling bisa direncanakan, digunakan sebagai bentuk asesmen Psikologi, juga bisa terjadi secara cuma-cuma tanpa kesadaran pelaku. Layaknya semua hal, modelling bisa berupa sesuatu yang positif, juga bisa bertupa sesuatu yang bersifat negatif.

        Contohnya simpel. Ketika kita menggandrungi salah satu penyanyi Rock misalnya. Maka kita akan senantiasa menjadikan penampilan kita layaknya tokoh yang kita gandrungi. Baik itu dari segi pakaian, perkataan atau style-style yang dihasilkannya. Akan tetapi akan ada suatu hal yang khas, yang tetap melekat pada pribadi kita, yang secara nyata tampak sebagai pembeda antara kita dengan pihak yang kita idolakan, itulah yang dinamakan modelling.

        Modelling dalam hal yang positif tentunya menguntungkan, karena ada manfaat positif di dalamnya. Yang sering dijadikan permasalahan adalah ketika modelling harus terjadi pada ranah yang negatif, seperti banyaknya fenomena yang merebak saat ini. Kita tak bisa serta-merta menyalahkan konsumen, atau produsen yang berlomba-lomba memberikan suatu model yang menggiurkan. Karena dalam kenyataannya, konsumen sering menuntut apa yang seharusnya dilakukan oleh produsen style.

        Selain itu, pertanyaan besar yang kerap terngiang dalam benak kita adalah: "Mengapa modeling dalam hal negatif jauh lebih marak daripada modelling dalam hal sebaliknya?" Sebelum kita menyalahkan konsumen, ada baiknya jika kita telaah dulu perbandingan jumlah stimulus modelling negatif dengan modelling positif. Di lingkungan keluarga misalnya seorang anak dimodelling orang tuanya untuk selalu bersikap baik selama dirumah. Tapi di dunia luar, anak terlanjur tercekoki oleh terlalu banyak hal-hal negatif yang dengan kepesatan kuantitasnya mengakibatkan pengaruh yang justru lebih besar daripada pengaruh yang diberikan oleh pihak keluarga. Walhasil, anak akan terlanjur mudah untuk bemodelling terhadap sesuatu yang berbau negatif.

        sebagai orang yang mengatahui hal-hal semacam kasus ini, rupanya kita dipaksa untuk menciptakan suatu saringan  yang jauh lebih kerap daripada saringan sebelumnya. Karena rupa-rupanya, kotoran yang dapat masuk, semakin hari juga semakin melembut dan samar. Dengan filterisasi yang ketat dan cerdas, kita akan cepat mengetahui mana informasi yang dapat kita loloskan dan mana yang harus kita cekal. Dan dengan memahami hal-hal tersebut maka, potensi untuk dapat memanage informasi juga akan semakin membaik.

        Wallahu A'lam.