Dalam ilmu psikologi,
terdapat salah satu jenis terapi
yang dinamakan sebagai CBT
(Cognitive Behavior Therapy), yaitu terapi
yang berpusat pada kognisi dan perilaku seseorang. Terapi kognisi-behavior ini merupakan terapi
yang terlahir dari aliran behaviorisme
yang dikombinasikan dengan aliran kognitif.
Salah satu teknik terapi dalam
CBT ini adalah terapi
Self-Talk atau yang biasa kita kenal dengan berbicara kepada diri sendiri.
Dalam kehidupan sehari-hari,
kita sering mempraktekkan metode
Self-Talk ini tanpa mengetahui dan menyadari jika sebenarnya kita telah menggunakan metode-metode
yang digunakan dalam dunia Psikologi.
Sehingga sering pula
kita menjalankan metode ini dengan praktek
yang salah dan tanpa dilandasi dengan tujuan
yang jelas.
Selain berfungsi sebagai penetralisir
rasa cemas, terapi Self-Talk ini juga berfungsi untuk mempengaruhi tindak-tanduk sikap kita dalam menghadapi fenomena-fenomena
yang tidak kita inginkan dalam keseharian kita.
Ketika mengalami cemas di atas panggung misalnya,
dengan berbicara positif terhadap diri kita sendiri,
maka kita akan mendapat suatu kekuatan
yang sebenarnya kita ciptakan sendiri.
Contoh konkrit dari
Self-Talk ini adalah, semisal seseorang mengalami
stress karena terlalu banyak tugas
yang harus diselelsaikan,
lalu orang tersebut berbicara sendiri kepada dirinya untuk meyakinkan kemampuannya.
Misalnya: “Tugas mumemang banyak dan berat Ren
(subjek bernama Renno),
tapi kau harus yakin,
jika kau terus berusaha untuk menyelesaikannya,
pasti tugas ini akhirnya akan selesai juga.
Semangat Ren, semakin giat melakukannya,
maka tugasmu juga akan semakin cepat selesainya.”
Dalam kasus
di atas, seseorang yang bernama Renno berbicara kepada dirinya sendiri,
memaparkanapa sesuatu yang sedang mengganggu fikirannya dan member semangat serta meyakinkan diri akan kemampuannya.
Contoh ini disebut sebagai Self-talk
positif. Yang mana ketika hal ini berhasil,
maka Renno akan mempunyai potensi untuk menjadikan dirinya semakin giat dalam mengerjakan tugas.
Begitu juga halnya jika bahan
yang kita sampaikan kepada diri kita itu termasuk pada bahan-bahan pembicaraan
yang bersikap negative. Misalnya;
“Kamu terlalu lemah Ren,
kamu tidak akan mampu menyelesaikan tugas sebanyak ini dengan waktu sesingkat ini. Jadi,
jika kamu tidak mengerjakan karena tidak mampu,
itu juga bukan merupakan salahmu,
tapi salahd osenmu. ”Dalam opsi ini jelas akan berdampak pada sikap
yang akan dilakukan oleh subjek.
Jika bisikan ini berhasil, maka akan timbul sikap malas dan pesimis dalam diri subjek. Bukan hanya bagi subjek,
mungkin juga akan timbul
rasa tidak suka subjek pada dosen atau
guru yang memberikan tugas yang
sedang dikeluhkannya.
Hal ini dapat kita jadikan bukti sebagai penguat upaya
yang pernah kita lakukan. Jika sebelumnya kita ragu terhadap sikap berbicara sendiri
yang sering kita lakukan
–karena tidak tahu dengan pasti teori atau kebenaran dari tindakan tersebut-,
dengan mengetahui dan memahami hal ini,
maka kita akan dapat melakukan sesifilterisasi sebelum melakukan
Self-Talk.
Akhirnya, seperti yang telah kita ketahui bahwa sesuatu akan menjadi lebih bermakna jika sebelum melakukannya,
individu mengetahui dahulu apa tujuan dari dilakukannya tindakan tersebut.
Semakin jelas tujuan dari suatu tindakan,
maka akan semakin mantap
pula individu atau subjek dalam melangkah atau melakukan sesuatu.
Wallahu A’lam.
Posting Komentar