Hanya dengan bisa menulis itu, aku telah berhasil mencungkil secuil kerikil pengganjal hati yang kerap membuatku menangis karna sakit.
Hanya dengan bisa menghasilkan satu tulisan itu, aku telah sekaligus menitipkan segaris rindu yang terkadang kututupi dengan kain kaca agar tak terlihat terlalu jelas olehmu.
Hanya dengan bisa menulis itu, aku telah jua mendongkel kekerasan pikiran yang tak pernah mengenal rasa hati yang penuh kasih dan halus.
Hanya dengan bisa menulis itu, terkadang aku bisa sedikit membohongi hati yang selalu meminta untuk bersua dengan hatimu. Sedangkan aku, bisa apa?
Global Var
Teman adalah Orang yang Datang ketika Merasa Butuh Saja Teman adalah Orang yang Datang ketika Merasa Butuh Saja
Diposting oleh
Unknown
Hai para pembaca sekalian! Sudah sekitar 10 hari saya tidak menyapa anda semua. Sedikit curcol, hidup terlalu datar memang sulit membangkitkan motivasi untuk menulis. Ide-ide juga sering berlarian tidak tentu arah. Walhasil, aktivitas menulis menjadi pasif dan tidak produktif. Menurut pengalaman penulis blog ini, ide-ide menulis akan sering bermunculan jika kelima indra kita peka terhadap beribu, bahkan berjuta-juta stimulus yang 'nyrempet' keseharian kita. Nah yang jadi masalah, bagaimana caranya memekakan indra?
Kembali pada Laptop. Anda semua mempunyai teman bukan? Jika anda merasa memiliki banyak teman, tentunya anda juga pernah merasa kehilangan seorang teman. Jika dipikir-pikir, teman itu layaknya pembeli, dan kita sebagai penjualnya. Pembeli akan datang ketika ia merasa memiliki perlu kepada penjual. Perlu untuk membeli sesuatu yang anda jual misalnya.
Coba kita kembalikan ingatan kita pada saat dimana kita kehilangan seorang teman yang kita sayangi. Kerap kita mengucapkan kalimat seperti ini, "Dia cuma mau datang (berteman) ketika ada butuhnya saja, jika tidak ada butuhnya ya pergi." Kalimat tersebut terdengar sedikit sadis dan terlalu menyalahkan sang teman yang sedang pergi membelakangi kita. Jika kita melihat dari sisi si sakit hati, maka yang akan kita lihat adalah suatu bentuk pemahaman jika selayaknya teman haruslah ada, baik saat ia membutuhkan sesuatu maupun tidak.
Nah, bagi pembaca yang kebetulan pernah mengalami hal ini, mari kita ulas suatu alasan kepergian teman yang terkesan kejam itu melalui logika yang sehat.
Berhubungan dengan kata Butuh, kita tahu dan sangat faham jika setiap orang, setiap makhlukNya mempunyai suatu kebutuhan terhadap dunia diluar dirinya. Kata 'butuh' biasanya kita jodohkan dengan kata 'ingin'. Misalnya, "Saya ingin membeli gula-gula," akan berbeda maknanya dengan kata "Saya butuh membeli gula-gula." Artinya, kebutuhan adalah sesuatu yang memang penting untuk dipenuhi, sedangkan keinginan sifatnya masih sekunder dan bisa di pending. Tapi siapa nyana jika ternyata memenuhi keinginan juga merupakan suatu bentuk memenuhi kebutuhan akan rasa ingin itu sendiri. Sebenarnya ada yang luput dari bahasan ini, yakni kebutuhan bukan hanya berkisar pada kebutuhan materialistik saja, tapi juga psikologis manusia.
Setiap manusia membutuhkan seorang teman. Jika anda pernah belajar ilmu sosial, manusia merupakan makhluk sosial yang tak bisa lepas dari manusia, bahkan makhluk yang lainnya. Inti dari pembahasan di atas adalah bahwa kebutuhan memang benar-benar penting untuk dipenuhi.
Sekarang hubungannya dengan pertemanan. Anda pikir, untuk apa anda berteman dengan orang yang anda anggap cocok untuk anda jadikan sebagai teman? Anda pikir, untuk apa mereka mau dan bersedia berteman dengan anda? Sekarang anda pikir lagi, mengapa salah satu dari mereka tiba-tiba menjauh dari anda? Mengapa tiba-tiba mereka menjadi musuh anda? Atau bahkan mengapa mereka bisa tiba-tiba tidak menjadi siapa-siapa dalam hidup anda? Jawabannya hanya ada satu, Mereka berteman dengan anda ketika mereka butuh, dan meninggalkan anda ketika tidak membutuhkan anda lagi.
Masih ingat dengan bahasan tentang kebutuhan psikologis? Dalam pertemanan, tidak dapat disangkal jika kita membutuhkan manusia atau objek lain untuk kita jadikan sebagai teman. Kita butuh teman untuk berbagi, mendengarkan ucapan kita, mendukung kita, dan lain sebagainya. Dan pertemanan dengan manusia akan berjalan hanya jika kedua belah pihak merasa masih membutuhkan kita. Pada saat mereka sudah tidak membutuhkan kita, baik sebagai teman bicara atau semacamnya, jelas mereka akan meninggalkan kita. Semua terasa bersifat alamiah bukan?
Sebenarnya dalam berteman, setidaknya dalam hal ini, kita hanya butuh untuk mempertahankan apa yang teman kita butuhkan pada diri kita tetap melekat pada kita. Kita sebagai orang yang enak diajak bicara misalnya, maka untuk menjaga agar teman kita tidak berlari adalah menjaga sifat enak diajak bicara tersebut tetap berada dan menjadi identitas kita. Maka, selama kita memiliki sifat tersebut, teman akan tetap merasa butuh terhadap kita, dan tidak akan berlari menjauhi kita.
Surat Cinta untukmu, Kekasih Surat Cinta untukmu, Kekasih
Diposting oleh
Unknown
Pernah terlintas untuk menuliskan rasa cintaku kepadamu, Kekasih. Tapi aku bukan manusia dengan sejuta kosa kata yang pantas untuk menggambarkan golakan rasa pada diri ini. Entah. Di sini, di dada ini, ada bermacam gejolak yang tak kuketahui maknanya, ada beribu warna yang tak kuketahui kepastian dan kejelasannya. Aku tak bisa menuliskan semuanya, tapi aku bisa merasakannya, Kekasih. Percayalah!
Kekasih, rasa cinta yang aku derita tidak ubahnya dengan kesakitan dan keperihan, walau terkadang berwujud kebahagiaan pula. Kekasih, jangan pernah menuliskan sesuatu yang tak pernah aku berikan kepadamu, itu yang aku mau. Tapi, bagaimana kau tahu apa yang aku mau jika aku tak mengatakannya kepadamu? Bukankah begitu, Kekasih?
Kekasih, mungkin yang kau lihat saat ini adalah suatu bentuk pemberontakan atas dasar kebencianku kepadamu. Taukah kau, Kekasih, aku hanya terlalu bodoh untuk mengekspresikan rasa cintaku. Aku hanya terlalu tak tahu bagaimana caranya mencintai dengan benar, dan masih banyak lagi.
Kekasih, dengan surat ini, aku ingin suatu hari kelak kau tahu apa yang sebenarnya sedang aku derita. Melalui surat kecil ini, aku ingin suatu hari kau mengerti apa yang selama ini aku rasa. Melalui surat usang ini, aku ingin kau tahu jika wujud dari rasa cintaku selama ini adalah kepalsuan. Aku ingin kau tahu jika aku telah terkurung oleh genangan hitam sekelam kopi malam.
Aku, Kau, dan Kita Aku, Kau, dan Kita
Diposting oleh
Unknown
Kawan, kita bisa berteman hanya ketika kita bisa
menyisipkan toleransi di antara posisi kita yang berbeda. Kau tahu kawan, Aku
bukanlah Kau, Kau juga bukan Aku. Kita bukan Aku atau Kau. Kita adalah Kita.
Aku adalah Aku. Dan kau adalah Kau.
Kawan, ketika aku adalah Aku, aku ada dengan segala apa
yang melekat pada diriku. Diriku satu, dengan segala tetek-bengek kelebihan
serta kekuranganku. Aku tak seperti Kau, Kawan. Aku berbeda dengan Kau.
Terkadang ada suatu kesamaan dalam diri kita. Tapi kesamaan itu tak selanjutnya
bisa mengubah Aku menjadi Kau, atau sebaliknya. Aku tetap Aku, dan kau tetap
Kau. Begitu juga keadaanmu ketika aku membahas kau adalah Kau.
Kawan, ketika kita tidak bisa berteman, itu artinya ada
kondisi dimana kita tidak dapat lagi memposisikan toleransi di antara kita
untuk salaing mengerti. Ketika aku tak bisa berteman denganmu, berarti aku tak
bisa menerima perbedaan yang membentang di antara kita. Sesuatu seperti itu,
Kawan, jangan kau sebut sebagai pertemanan. Itu bukan pertemanan, tapi
permusuhan.
Tapi Kawan, ketika kita telah bisa menerima, menghormati
dan menghargai wujud perbedaan diantara kita, ketika kita telah berhasil
membangun jembatan kepercayaan untuk tetap saling bersama dalam keberbedaan,
itulah Kita dalam pertemanan.
Kawan, dalam suatu ikatan pertemanan, ada keselarasan Aku
dan Kau yang biasa mereka sebut sebagai Kita. Tali 'kita' itu
terdiri atas dua kubu oknum yang berbeda; Aku dan Kau. Dan kita tak lagi
sebagai Aku dan Kau.
Kawan, kita tak lagi berwujud Aku dan Aau saat bersama.
Diri yang kita bawa adalah Aku dan Kau, tapi ketika kita bersedia untuk
mengaitkannya dengan rajutan yang unik nan menggairahkan, sebutlah kita sebagai
Kita. Dan yang harus selalu kau ingat, Kawan, bahwa Aku, Kau, dan Kita adalah
berbeda...
Memilih Vs Dipilih Memilih Vs Dipilih
Diposting oleh
Unknown
Pernah menonton film berjudul Perahu Kertas? Jika pernah, apakah masih ingat
dengan perkataan Ludhe (Elyza Mulachela), keponakan Pak Wayan yang berhasil
mengembalikan semangat Keenan (Adipati Dolken) yang sempat kendor? Bagi yang
masih ingat, mari kita ulas salah satu kalimat yang diucapkan oleh Ludhe
tersebut. Dan untuk pembaca yang belum tahu, ada baiknya saya ulas dahulu
perkataan yang saya maksudkan tersebut.
Saat Keenan memutuskan untuk memilih Ludhe sebagai
pendamping hidupnya, Ludhe berkata pada Keenan, "Cinta itu dipilih, bukan
memilih." Latar belakang
terjadinya percakapan ini adalah karena Ludhe tahu jika sebenarnya Keenan
tengah jatuh cinta kepada Kugy (Maudy Ayunda). Sebenarnya kalimat tersebut
bukan serta merta keluar dari fikiran Ludhe, tapi ia menyadur kalimat tersebut
dari perkataan pakdhenya, Pak Wayan, yang juga mempunyai latar belakang
kehidupan cinta yang suram.
Lalu, hal apa yang selayaknya dibahas dalam ulasan
kali ini? Iseng-iseng diwaktu senggang, saya pernah bertanya kepada teman yang
kebetulan berada didekat saya. Pertanyaan saya simple: "Mengapa cinta itu
dipilih? bukan memilih?" dan jawabannya pasti beragam. Setiap manusia mempunyai
persepsi yang berbeda tentang semua hal yang ditangkapnya, begitu pula dalam
menanggapi pernyataan ini. Dan yang akan saya paparkan kali ini bukanlah hasil
riset saya tentang simpulan dari 'wawancara' saya, tapi yang akan saya ulas
dalam tulisan kali ini adalah pandangan saya sendiri tentang pernyataan
tersebut.
Mengapa cinta itu dipilih? Dalam kasus film tersebut
menegaskan bahwa, Keenan telah memilih Ludhe sebagai pendamping hidupnya.
Menurut Ludhe, yang dialami oleh Keenan itu bukanlah cinta. Ludhe menegaskan
bahwa cinta itu dipilih, maka menurut pandangan Ludhe, yang dinamakan cinta
adalah ketika Keenan bersama dengan orang yang memilih Keenan. Artinya, Keenan
berada pada posisi dipilih, bukan memilih. Memilih disini agaknya bukan dalam
hal pilihan secara logika dan pikiran, akan tetapi yang dimaksud dalam hal ini
adalah memilih dalam hal hati dan perasaan.
Kiranya dalam membahas masalah ini, kita perlu
menengok ulang apa hakikat hidup yang diinginkan manusia. Manusia pada dasarnya
senang berada dalam suasana hati yang baik. Suasana hati yang baik akan
terciipta jika lingkungan fisik dan sosial yang melingkupi manusia tersebut
sesuai dengan harapan si empunya keinginan, atau paling tidak, tidak
berseberangan.
Untuk lebih memperjelas maksud dari paparan ini, kita
juga harus mengulas tentang sifat dan sikap dari pecinta. Orang yang mencintai
sesuatu, akan mengusahakan hal-hal terbaik dan yang dilakukan agar orang atau
objek yang di cintai tersebut bahagia. Sebagai contoh, orang yang mencintai hp
barunya, maka orang tersebut akan mengusahakan segala sesuatu agar handphonenya
tetap terjaga kemulusannya. Begitu juga dengan manusia, seseorang yang
mencintai lawan jenisnya, akan mengusahakan sesuatu yang terbaik demi membuat
sang kekasih merasa nyaman berada disisinya, dan bahagia bersamanya.
Sekarang, kita kembali ke Laptop, Mengapa cinta dipilih? Logikanya,
ketika kita dipilih oleh seseorang, maka otomastis orang (hati) yang memilih
kita itu adalah hati yang benar-benar telah mencintai kita. Maka ketika kita
dipilih, istilahnya masa depan kebahagiaan kita telah terjamin pada tangan
orang yang mencintai kita tersebut. Seperti ulasan di atas, orang tersebut akan
mengusahakan kebhagiaan kita bersamanya.
Menilik logika yang telah dipaparkan di atas, maka
kita akan bisa membaca suatu kondisi bagaimana keadaan kita ketika kita mengartikan
bahwa cinta adalam memilih. Kata cinta itu dipilih, juga mengajarkan suatu arti
akan perlunya rasa sabar dan menerima pasangan hidup yang mencintai kita.
Artinya, lebih baik kita memaksa diri sendiri untuk menjadi lebih baik dari
yang sebelumnya, daripada memaksa orang lain (yang kita cintai).
Menangkap 'Keburukan' untuk Kebaikan Menangkap 'Keburukan' untuk Kebaikan
Diposting oleh
Unknown
Orang tua merupakan media paling efektif dalam
mengajarkan sesuatu pada anak-anaknya, terumatama pelajaran-pelajaran non
formal seperti etika, tata krama kehidupan keseharian dan lain sebagainya.
Telah dimuat dalam postingan sebelumnya yang berjudul Bentuk-Bentuk Pola Asuh
Orang Tua terhadap Anak bahwa, dalam mendidik anak, ada kalanya orang tua
bersikap otoriter, permisif ataupun demokratis.
Anak, merupakan manusia yang berada dalam kondisi
perkembangan, baik perkembangan fisik, psikis, pola pikir maupun proses
penemuan jati diri. Jika harus menengok ke belakang, maka akan ditemukan adanya
suatu kekosongan memori atau pengalaman yang biasanya akan dijadikan sebagai
batu pijak anak. Oleh karena itu, disinilah tempat orang tua seharusnya
berdiri. Dalam artian, orang tua wajib memberikan pelatihan berupa teori
sebagai bekal pemahaman kepada anak, juga bekal praktek jika memang
memungkinkan. Pantauan dan motivasi pastinya tidak boleh sampai terputus untuk
terus mendorong perkembangan anak.
Orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter, biasanya
adalah orang tua yang mengalami krisis kepercayaan kepada anak. Mereka selalu
mengkhawatirkan kemampuan anak, sehingga membuat semua keputusan sebagai jalan
yang harus dilalui oleh anak tanpa memberi kesempatan pada anak untuk urun
rembug. Pola seperti ini kurang baik diterapkan meskipun yang diajarkan
orang tua terhadap anak merupakan suatu kebaikan secara keseluruhan. Kebanyakan
orang tua dalam pola ini sangat mengkhawatirkan ketidakmampuan anak dalam
memfilter kejadian-kejadian buruk. Akibatnya, tidak jarang anak mengalami suatu
fase keterpaksaan dalam menjalankan kehidupannya, dan kurang bisa menikmati
kegiatan-kegiatan yang sedang dijalaninya.
Berbeda dengan pola asuh otoriter, pola asuh yang
sangat permisif juga sangat tidak dianjurkan pada proses pengasuhan anak. Jika
pola otoriter merupakan suatu krisis kepercayaan, maka pola asuh permisif ini
terbilang terlalu percaya kepada anak. Orang tua yang menerapkan pola asuh ini
biasanya kurang tau -atau bahkan tidak ingin tahu- tentang kebutuhan dan
kondisi anak. Sehingga anak tidak mempunyai tempat berpijak dan akhirnya
mencari pijakan dengan tanpa pantauan dan arahan dari orang tua. Dan tak jarang
pula pijakan yang digunakan adalah pijakan yang salah menurut norma.
Nah, sekarang, pola apa yang sebaiknya diterapkan dan
sesuai dengan kebutuhan serta kondisi anak? Ya, adalah pola asuh demokratis
yang seharusnya diterapkan orang tua dalam mengasuh anak. Melihat
masalah-masalah yang dihadapi oleh anak di atas, bahwa anak membutuhkan bantuan
dalam berkembang, maka keteribatan anak dalam memutuskan sesuatu juga sangat
dibutuhkan.
Analogikan pola asuh ini sebagai krupuk sebelum di
goreng. Umpamakan krupuk sebagai anak, minyak sebagai lingkungan dan dunia
luar, serta sinar matahari sebagai alat untuk menggembleng anak.
Biasanya sebelum di goreng dengan minyak panas, krupuk di jemr dibawah terik
matahari agar dapat mengembang secara sempurna. Istilah jawa menyebutkan kata kebrangas
untuk kasus ini. Begitu juga dengan anak, anak tidak serta merta harus selalu
dikenalkan pada hal-hal yang positif saja. Sebaiknya anak dikenalkan pula pada
hal-hal yang negatif demi memberikan contoh agar hal-hal tersebut sebisa
mungkin dihindari. Karena untuk mengaktualisasikan diri, anak membutuhkan
sinar matahari sebagai media penggembleng.
Manfaatnya ya seperti krupuk tadi, ketika anak telah
benar-benar bertemu dengan minyak goreng panas (dunia luar), istilahnya
anak tidak kebrangas dan dapat mengaktualisasasikan dirinya dengan benar.
Potensi yang dimilikinya akan dapat dikembangkan sesuai dengan kemampuan dan
bekal pagar kokoh yang diperoleh dari proses penggemblengan.
Sebagai orang tua yang baik dan bijaksana, tindakan
apa yang akan diterapkan? Pilihannya ada di tangan anda sendiri.
Sidoarjo, 04 Juli 2013
Terinspirasi dari ceramah ustadz Zulfa dalam acara
bakti sosial anak yatim di daerah Waru - Sidoarjo.
Menuju Pembodohan Diri yang Mulia Menuju Pembodohan Diri yang Mulia
Diposting oleh
Unknown
Perjalanan selalu
menyisakan kerak memori yang mengendap dengan lembar-lembar tipis yang menebal.
Perjalanan selalu menyisakan sebuah cerita yang layak dijadikan pelajaran, atau
hanya sekedar berguna untuk dituliskan. Karena sifatnya yang menemukan sesuatu
yang baru dengan kepekaan indra sepanjang perjalanan, sering pula muncul suatu
proses asosiasi pengalaman yang akan menimbulkan 'masalah' dalam pikiran.
Masalah itu harus terselesaikan. Harus terpikirkan, dan terkeluarkan.
Lepas dari banyaknya
pelajaran yang dapat diserap selama perjalanan berlangsung, pada awal sebelum
perjalanan dilaksanakan, mungkin setiap orang tidak merasakan adanya suatu
'keganjilan' yang melingkupi hidupnya. Kebanyakan orang tidak merasakannya
karena indra kepekaannya telah terselimuti oleh kabut bernama kebiasaan. Suatu
kesenjangan akan datang setelah adanya perbedaan persepsi asing yang menyergap
sebagai oleh-oleh hasil perjalanan.
Contoh yang paling
sederhana namun sangat telak cambukannya, adalah ketika seseorang merasa pintar
dan baik-baik saja dengan keadaan fisik, jiwa dan otaknya. Atau setidaknya,
seseorang merasakan tidak adanya keganjilan dan merasa tidak ada apa-apa dengan
dirinya sendiri. Ada kalanya, hal itu dikarenakan oleh keberadaan seseorang
yang hanya ada dalam lingkup kebodohan, atau berada pada lingkungan orang-orang
yang tidak suka berfikir, bertukar gagasan, atau bahkan sekedar membaca dan
mencerna suatu informasi. Selain lingkungan yang tidak mendukung, ternyata
perasaan pintar, atau setidaknya baik-baik saja itu kerap dikarenakan
perkumpulan yang dimasuki oleh seseorang tersebut hanyalah kumpulan orang-orang
yang berada satu tangga lebih rendah darinya, atau setidaknya sejajar
dengannya.
Apa jadinya ketika
orang tersebut tiba-tiba dalam suatu kesempatan membaur dengan orang-orang yang
berada dalam satu atau beberapa anak tangga lebih tinggi dari padanya? Hal ini
jelas melahirkan suatu masalah. Orang, bisa dikatakan sebagai orang pintar
tatkala berada dalam lingkup orang yang lebih bodoh darinya. Akan tetapi dengan
kemampuannya tersebut, akan sangat gampang menjulukinya sebagai orang bodoh
ketika berada pada deretan orang yang cerdas dan cerdik.
Dalam suatu kajian
siang telah disebutkan bahwa, ada langit di atas langit. Ya. Dan itu bukan
merupakan suatu kebohongan. Seseorang bisa saja mengklaim dirinya sebagai orang
yang pintar dengan bukti-bukti yang nyata. Tapi perlu dicatat bahwa ketika
dalam keadaan tersebut, dia sedang berada dalam lingkup kebodohan yang telah
melingkung. Itulah sebabnya mengapa terlahir sebuah pemikiran bahwa semakin seseorang
berani untuk 'keluar' dan mengetahui sesuatu, maka semakin pulalah ia merasa
bahwa dirinya adalah bodoh, dekil, dungu dan kecil. Dan karena itulah mengapa,
untuk menjadi orang yang tidak sombong, maka lihatlah ke atas, maka kita akan
menemukan suatu lingkup kebodohan yang tidak layak untuk dipamerkan.
Surabaya, 01 Juli
2013
Dalam lingkup
kebodohan.
Inspirasi Pagi Inspirasi Pagi
Diposting oleh
Unknown
Bagi
pemalas dan si tukang tidur -seperti saya-, pagi mungkin lebih bisa dinikmati
dengan hanya memeluk guling dan kembali meringkuk didalam ketebalan selimut
yang hangat. Tapi bagi penggiat, -bukan penggiat tidur pastinya- pagi adalah
suatu tenaga baru, pagi adalah suatu gairah membuncah, dan pagi adalah suatu
inspirasi.
Inspirasi
pagi. Jadi teringat salah satu rekan yang menamakan media share tulisannya
dengan nama ini, Inspirasi Pagi. Mungkin, ia sebagai orang penyemangat ingin
menegaskan bahwa inspirasi itu adalah pagi. Semangat itu pagi, dan indah itu
pagi. Pagi selalu segar menjanjikan. Kata salah satu temanku, pagi adalah kado
yang siap kita buka kapan saja, yang pastinya kita tak tahu apa yang ada di
dalam pagi itu. Tuhan, selalu memberikan kado kepada manusiaNya setiap hari.
Dengan sejuta kejutan.
Bagaimana
mekanismenya? Kata orang orang-orang ilmu pasti, pagi adalah digunakannya
berjuta-juta sel-sel yang terlahir baru yang sedetik sebelumya telah mengalami
regenerasi dalam tidur. Sel-sel tersebut masih suci, dan siap digunakan
sebagaimana mestinya.
Bagaimana
kronologinya? Kata orang-orang ilmu sosial, pagi adalah suatu saat dimana hati
belum dicemari oleh berbagaimacam kepelikan dunia perekonomian, sosial, atau
semacamnya. Pagi masih begitu bening. Hati tidak terkotori oleh hasil dari
interaksi antara diri dengan manusia lain, dengan hewan lain, dengan tumbuhan
lain atau dengan makhluk lain.
Bagaimana
pagi bisa menjadi inspirasi? Ya, Tuhan telah begitu baik dengan menjodohkan
pagi dengan embun. Tuhan telah begitu Cerdas dengan memasangkan pagi dengan
sinar terik mentari yang membawa gairah. Sesekali, silahkan anda sentuh
dedaunan yang ada didekat anda berpijak. Rasakan gairahnya, dan bandingakan
dengan siang yang terasa lemas dan loyo.
Maka
dari itu, Tuhan saja sudah menyediakan berjuta-juta inspirasi yang siap untuk
kita tumpahkan. Bukan hanya sekadar dipandang atau dipikirkan. Tapi silahkan
ditumpahkan, silahkan dipatahkan, silahkan diselami dengan fikiran dan gerakan
gemulai di atas sebuah kertas.
Refresh Otak Refresh Otak
Diposting oleh
Unknown
Aaaaaaaaaaaaaaahh, ternyata sudah lama sekali ya saya tidak nyantolin tulisan-tulisan saya di blog? Wah, sebenarnya, jika boleh jujur, banyak sekali pikiran, ide dan perasaan yang sangat ingin saya tuangkan dalam bentuk tulisan, tapi endingnya ternyata sangat menyedihkan dan hanya berakhir pada kolam mimpi. Nyiahahahaaa... saya bilang dulu juga apa? Kata pelatih nulis saya, orang menulis itu seperti berenang. Jika nggak langsung 'nyemplung', ya nggak basah. Iya apa iya?
Oke, ngomongin dunia tulis menulis emang nggak akan ada habisnya. Artinya, adaaaaaaa aja yang perlu dan harus dibicarain. Tentang menulis di tempat yang baru dan berbeda misalnya, bisa kita masukkan dalam kategori kegiatan yang bisa menimbulkan stimulus berupa semangat untuk meciptakan karya tulis. Suasana yang berbeda akan melahirkan suatu ide yang fresh juga dalam otak kita. Karna sebelumnya otak kita pernah mengalami keadaan fresh, lalu loyo dan pada saat tertentu menjadi fresh kembali, maka keadaan untuk mencapai kefreshan lagi tersebut bisa kita namakan sebagai kegiatan me-refresh.
Kita menulis, kenapa yang di bahas merefresh otak? Bukannya merefresh tulisan? Ya. Karena ternayata selalu saja menulis itu membutuhkan peran otak yang aktif berkerja. Kita, mempunyai kekuatan sebesar apapun, keinginan sepanjang apapun, jika otak atau pikiran kita nggak nggathuk, hasilnya akan sia-sia belaka. Berbentuk tulisanpun, pasti hasil akhirnya akan ambur adul. Konklusinya? Itu bukan tulisan, tapi hanya deretan kata tanpa makna, tanpa maksud tujuan.
Nah, itulah mengapa untuk edisi kali ini, setelah saya terminal terlalu lama dalam menulis, dan ternyata setelah mendapat tempat baru saya bisa menulis, saya pun menulis dan membicarakannya. Bahwa menulis itu bukan sesuatu yang mudah, tapi bukan juga termasuk sesuatu yang menakutkan dan sesulit memotong tali baja. Intinya, jangan terlalu meremehkan, juga jangan terlalu menganggap sulit. Yang harus kita lakukan hanyalah mewujudkan suatu keadaan dimana otak kita mau untuk bekerja lebih kreatif lagi. Selamat mencoba!
Sidoarjo, 24 Juni 2013
Malam pertama di tempat pengabdian
Langganan:
Postingan (Atom)