Global Var

Aku Ingin Menulis

Aku ingin menulis sesuatu yang ada pada benakku. Agar kalian mengerti beginilah aku, beginilah fikiranku, dan seperti inilah suasana hatiku saat ini. Akan aku buat kalian menangis membaca tulisanku yang bernada sedih, seperti aku menangisi kesedihan yang aku torehkan lewat tinta merah yang tengah kalian baca. Akan aku buat kalian tertawa terpingkal-pingkal ketika kalian membaca tulisanku yang penuh akan warna sesuai dengan seleraku. Dan pipi kalian akan memerah disertai dengan senyum mengembang kitika kalian telah sampai pada jilid bab yang berwarna pink, meskipun hanya cerita roman monyetan. Selain itu, aku akan membawa kalian dalam suatu emosi kemarahan ketika kalian membaca tulisanku yang berwarna dasar ungu, tapi bertuliskan tinta hitam. Kalian tau? Aku senang melihat kalian menangis, tertawa, marah, atau bahkan meloncat-loncat kegirangan saat membaca ceritaku.
Aku adalah seseorang yang ingin membuat kalian membawa pensil warna setiap kali membaca tulisanku, dan menandai sekelumit dari tulisanku yang benar-benar membuat kalian tersedu, tertawa, dan memerahkan pipi. Aku ingin kalian membayangkan bagaimana jika kalian sendiri yang mengalami peristiwa yang sama sepertiku. Tertawa juga kah?? Menangis jugakah?? Atau malah mencibir??
Setelah kalian mambaca tulisanku, aku ingin menjelaskan pada kalian mengapa aku menuliskan ceritaku, bukan cerita orang lain, dan bukan cerita fiksi yang berada dalam imajinasiku. Bukan, bukannya aku ingin memamerkan keberuntunganku ketika aku sampai pada bab keberhasilanku. Bukan pula aku berniat untuk mengeksploitasi pengalaman hidupku jika menurut kalian tulisan itu sangat tidak penting untuk aku tulis, bukan. Aku hanya ingin bercerita dan membawa kalian dalam fikiranku. Biar kalian tidak terpaku dan mendewakan pikiran kalian sendiri. Biar kalian tau jika pikiran kalian dengan pikiranku tidak selalu sama. Dan aku juga akan melakukan hal yang sama pada tulisan kalian ..

Mulai VS Sudah

Sedikit tulisan gue, sebagai wujud protes atas ketidaksetujuan gue terhadap suatu pernyataan yang sering diungkapkan oleh kebanyakan kaula muda saat marak-maraknya orang minta maaf. (Sori, gue sengaja makek kata ganti "kebanyakan kaula muda" buat mewakili mereka: komunitas yang sering mengatakan kalimat yang bakalan gue uraikan kali ini. Bukan dengan kata ganti "kita", karna gue sadar, gue nggak pernah ikut-ikutan mengatakan kalimat itu untuk tujuan minta maaf. So, elu aja kali gue enggak, hehee). Tulisan ini juga gue tulis sebagai wujud penghargaan gue terhadap bahasa nasionalisme gue, yang erat hubungannya dengan arti dari apa yang ditulis oleh bahasa, dan apa yang dikatakan oleh bahasa.

Oke, to the point aja. Yang nginpirasiin gue buat nulis tulisan ini adalah pengalaman gue sendiri waktu lebaran kemaren. Ceritanya gue lagi asyik ngucapin minal aidin wal faizin gitu deh di twitter (ini akun twitter gue: @NengFikri follow yaa.. hahaa). Waktu gue ngucapin Minal Aidin Wal Faizin ke salah satu temen gue, sebut saja namanya Painem, eh si Painem langsung bales tweet gue dengan ucapan "Iya sama-sama fik, minal aidin wal faizin juga, mulai dari 0-0 yaa? :)".  WHATT??? Mulai dari 0 kata elu??? Ini mau minta maap, apa mau ngisi bensin motor gue nih?(sori pembaca, gue jadi kemakan iklannya pom bensin nih). Lanjut, waktu si Painem bilang kata-kata itu, gue langsung njawab dengan mantep semantep-mantepnya kalo gue GAK MAU MULAI DARI 0!! Nah loh, terus mulai dari mana dong???

Menurut gue, kata yang PAS buat kalimat penerus dari kata "Minal Aidin Wal Faizin" itu bukan "Mulai dari 0-0" Bro, Sis, tapi "Sudah 0-0". Nah, pada nggak setuju kan kalo gue pakek kata "Sudah 0-0"? Oke, sebelum elu pade selaku pembaca blog gue nggak ruwet bin ngamuk-ngamuk gak jelas, ada baiknya kalo kalian baca dulu alesan kenapa gue lebih membenarkan kata "Sudah 0-0" daripada kata "Mulai dari 0-0". Berikut uraiannya:

SUDAH 0-0
Emang nggak enak sih ngucapin kalimat "Sudah 0-0 ya kawaaaann" saat kita minta maaf kesanak saudara atau sohib kita. Tapi menurut gue, kata itu bener secara mutlak, baik teks maupun artinya. Sekarang kalian pikir deh, yang namanya hari raya Idul Fitri itu kan Kembali Fitrah, Kembali Suci, berarti yang namanya kembali suci itu sebelumnya masih kotor, makanya kotor itu kita minta maaf. Nah kata yang bisa mewakili dari dari kembali fitrah itu adalah kata "SUDAH", bukan "MULAI". Maksudnya sih kesalahan yang pernah kita perbuat itu udah dimaafin oleh kedua belah pihak, jadi gampangnya si A udah nggak punya salah sama si B (Nilainya 0), begitu juga sebaliknya.

MULAI DARI 0-0
Kita ngaca dulu ke proses pengisian bensin di pom bensin. Kalian tau nggak kenapa mbak-mbak atau mas-mas di pom bensin itu bilang "Mulai dari 0 yaa" sebagai kata pembuka sebelum meeka ngisi bensin ke motor atau mobil kita? Yap, tujuannya nggak lebih biar kita itu tau dan percaya kalo takaran bahan bakar yang akan dimasukkan kedalem kendaraan kita itu PAS!. Selain itu, tujuan dari kata-kata "Mulai dari 0" itu adalah ngasi klu atau kode buat ngasi tau kita kalo pengisian akan dimulai. Gampangnya, didalem kata mulai itu ada niatan untuk "mengisi". Inget ya, "mengisi" . Sekarang kita hubungkan dengan kaliamat yang tepat untuk minta maaf. Minta maaf itu yang dibahas apa kawan-kawan sekalian? Dosa bukan? Nah, sekarang kita pikir bareng-bareng nih kawan, kalo minta maaf itu menggunakan kata "Mulai" yang mengandung arti "akan di isi", pantes apa enggak? Terus kalo minta maaf itu adalah suatu hal yang mengaiteratkan dosa, secara logika, apanya yang akan diisikan dari kata mulai? Dosa kan? Subhanallah, Naudzubillah banget kan??

Kalo gue sih milih yang aman atas pemikiran dan dasar dari apa yang gue mengerti dan apa yang gue percaya. Sedikit suntikan materi agama yang pernah gue denger dan gue jadiin sebagai tambahan landasan buat tulisan gue kali ini, yaitu bahwa niat baik itu akan dicatat baik sama malaikatNya, sedangkan niat buruk itu ngga dicatat apa-apa olehNya. So, daripada gue nggak dapet apa-apa makek kata "Mulai", lebih baik gue dapet pahala dari kata "Sudah". 

Sekian dulu dari gue, buat pembaca yang nggak sependapat sama gue, pastinya kalian punya landasan pikiran tersendiri akan pendapat-pendapat yang kalian jadikan pegangan. So, gue harap nggak ada yang tersinggung atas postingan kali ini. Terimakasi dan Wassalam :)

Menghargai Usaha Sendiri

assslamualaikum
bagi mahasiswa MK pSikologi agama apabila merasa nilai yang ada tidak sesuai dengan kemampuannya baik merasa terlalu tinggi ataupun terlalu rendah..mohon segera hubungi saya...via telp ato sms sampai tanggal 7 juli 2012 pukul 12,00
terima kasih
wassalam
Dosen pengampu
Berkat membaca pesan singkat yang dikirim oleh dosen Psikologi Agama gue diatas, gue langsung tersengat pengen liat nilai-nilai gue yang sampe saat pesan itu keluar belum juga gue tengok. Beda cerita dari mayoritas temen gue yang nggak ngeliat nilai-nilainya dikarenakan takut kalo dapet nilai jelek, eh gue malah gara-gara males. Males buka-buka sesuatu yang menurut prediksi gue bisa bikin gue galau. Nah lo, apa bedanya cobaa??
Alhamdulillah, setelah gue tengok nasib nilai-nilai matakuliah gue, gue bisa bernapas lega karena ternyata, meskipun nilai gue gak bagus-bagus amat, ternyata masih ada peningkatan kalo dibandingin dengan yang semster lalu. Setelah puas mentelengin nilai-nilai gue yang terbilang cukup bagus untuk ukuran gue, udah bisa ditebak sih, gue langsung buka fesbuk sama twitter buat apdet status. Belum juga gue apdet tuh status udah ada temen yang ngajak chat gue ngomongin tentang nilai Psikologi Agama.
"Fik, Psikologi Agama dapet apa?" Gue jawab "B+, kamu?" Si dia (mungkin dengan ekspresi marah juga seandainya dia didepan gue) "Aku dapet B+ juga fik. Mau protes aku!!" "Lah maunya minta nilai apa loh mbak?" Dengan semangat membara si embak langsung bales "Ya A dong fik. Masak A*** dapet A, aku dapet B+? Seharusnya aku ya dapet A juga, wong aku ngerjakan tugasnya bareng A***". STOP. Setelah sempet ngerenungin percakapan dengan temen gue tadi, gue langsung mikir "Ya ampun nih anak, susah banget sih nyukurin hasil jerih payah ndiri??" 
Oke, berangkat dari pengalaman gue diatas, gue jadi semacam punya teori yang (sumpah) gue dapet dari otak gue sendiri. Kalian tau apa? Yap!!! Yaitu Menghargai Usaha Sendiri. Menghargai usaha sendiri itu kalo menurut gue beda banget sama menyombongkan hasil dari apa yang telah kita kerjain. Bedanya begini: kalau menyombongkan hasil jerih payah kita ke orang lain, ciri-ciri yang mencolok adalah bangga dengan apa yang didapetin dari hasil jerihpayahnya tersebut dengan mewujudkannya sebagai tolak ukur dari kerjaan atau jerih payah yang dilakukan orang lain yang juga untuk hal yang sama. Simpelnya gini deh, seandainya gue berhasil melakukan suatu misi dalam hidup gue, maka gue akan berpikir kalo keberhasilan ini mutlak karena usaha gue sendiri tanpa ada oknum-oknum yang membantu proses kesuksesan kita. Seandainya usaha itu kita lakukan dalam suatu grup atau komunitas tertentu, kita bakalan mikir kalo usaha yang telah kita jalanin itu kagak bakalan bisa berhasil tanpa usaha yang kita lakuin, intinya lang lebih inti lagi, kita ngeremehin jerih payah yang dilakukan oleh oknum-oknum yang berada disekitar kita. Wujud yang nyata lagi nih, yang sangat mencolok dari sombong itu, biasanya kita sering nyeritain usaha yang telah kita perbuat pada orang-orang disekitar kita. Tujuannya nggak jauh-jauh amat dengan pame atas apa yang kita kerjain.
Terus, apa dong bedanya dengan bangga yang mengandung niatan menghargai usaha sendiri??? Bedanya tipis sih, makanya sering juga kita salah dalam mengartikan dan menjalankannya. Kedua sikap tersebut sama-sama merupakan rasa bangga atas apa yang telah diraih. Tapi beda loh pembaca sekalian. Bedanya dalam hal menyikapi keberhasialn dari usaha tersebut. Apasih bedanya??? Yang beda itu pikirannya bro!! Orang yang pinter menghargai jerih payahnya akan selalu bersyukur atas apa yang didapetin dari usahanya, walaupun cuma dikit, bahkan ketika tidak memperoleh apapun. Kalian tau mengapa orang-orang yang pintar menghargai jerih payahnya itu tetep bersyukur ketika mereka tak mendapatkan apa-apa? Hal itu tak lebih karena dia adalah orang yang sangat menghargai dirinya dan jerih payah yang ia lakukan. Orang yang memaki-maki hasil yang tidak memuaskan atas usahanya itu, secara tidak langsung ia telah melecehkan dan menganggap bahwa apa yang telah diusahakan dan dilakukan selama ini itu nggak ada artinya. Nah, terus apa arti dari usaha berbentuk doa, materi dan tenaga yang dilakukan sebelumnya?

Brokoli Chrispy

Siapa bilang yang bisa di chrispy cuma ayam, tahu-tempe dan jamur?? Hahaa... ceritanya gue itu kemaren lagi PM (Pengabdian Masyarakat) di daerah Pujon-Malang yang semua orang itu tau kalo disana itu gudangnya susu segar, sayuran segar, dan buah segar. Sumpah bro, bukan susu, buah atau sayurnya saja sih yang segar, tapi pemandangan sama udaranya juga masih seger banget, keliwat seger malah. Nah lo???
Kembali ke cerita awal ya, ceritanya waktu itu gue sama temen-temen abis ngadain penyuluhan kesehatan buat warga sekitar. Semacam nyadarin kalo disana banyak makanan yang bermutu gitu deh. Eh, begitu acara selesai, sang ibuk-ibuk dan bapak-bapak warga setempat ngasi sayuran sama buah-buahan (padahal cuma apel) yang banyak banget. Sumpah banyak, sampe bascamp gue penuh sama yang namanya sayur. Mungkin pemberian itu semacam bentuk ucapan terimakasih mereka atas penyuluhan yang baru aja gue dan temen-temen gue gelar. Ya meskipun terlalu banyak, harus disyukuri deh ya?? Alhamdulillah..
To the point aja deh, kalo elo pada pengen gerasain gimana rasanya makan brokoli chrispy, gue mau bagi-bagi resep nih buat ente-ente semua. Dijamin deh, rasanya nggak kalah sama jamur chrispy. Hal ini bisa menjadi solusi kita kalo lagi bokek. Daripada beli jamur yang lumayan langka dan mahal, mending beli brokoli deh dapet banyak, hehee..
Okesip broder en sister, yang perlu kalian siapin dulu adalah:
  • Brokoli 1 Kg
  • Tepung beras 0,5 Kg
  • Tepung maizena 0,5 Kg
  • Telur 2 butir
  • Penyedap rasa
  • Bawang merah-bawang putih secukupnya
  • Garam
  • Air
Nah pemirsa, kalo bahan-bahan diatas udah kalian sediain, ikutin langkah-langkah dibawah ini ya... Catatan juga nih, sebelum buat brokoli chrispy ini, gue udah searching-searhing gitu di gugel gimana caranya buat jamur chrispy (karena menurut gue, pasti caranya sama dengan cara buat brokoli chrispy). Nah ketika gue nyoba buat ngikuin langkah-langkahnya, kok gue ngerasa kesulitan ya? mungkin terlalu ribet. Dan akhirnya gue buat jalan pintas deh biar simpel. Kalo mau tau caranya, cekidot deh ->
  1. Rebus brokoli yang udah di iris kecil-kecil dengan air yang udah dikasi garem secukupnya. Fungsinya? Ya biar brokolinya sedkit ada rasa sedapnya gitu. ngerebusnya jangan mateng-mateng ya, setengah mateng aja, terus tiriskan sampe bener-bener kesap airnya.
  2. Taruh brokoli yang telah ditiriskan ke wadah yang agak longgar, lalu taburkan setengah dari campuran tepung beras, tepung maizena dan penedap rasa. Eh iya, jagan lupa dikasi garem lagi ya, biar chrispy nya juga kerasa asin, lalu campurkan adonan.
  3. Kocok 2 butir telur yang dicampur dengan bawang merah dan bawang putih yang telah dihaluskan, dan campurkan lagi kedalam adonan.
  4. Tambahkan setengah sisa tepung yang tersisa buat nutupin basahan akibat telur yang dicampurkan
  5. Setela itu, tinggal digoreng deh dengan minyak yang agak banyak, dang angkat setelah eliatan agak kecoklatan.
Selamat menikmati ya sodara-sodara. Dijamn enak deh. Kalo ada yang rasanya nggak enak, mungkin kelebihan garem ato malah kurang? hehee.. kalo kata temenku, masak itu harus pakek hati, biar bumbu dan rasanya pas. ~SELAMAT MENCOBA~