Global Var

Kesalahan Persepsi terhadap Paham Emosi



Paham yang berkembang dalam khalayak umum adalah bahwa emosi itu adalah kata lain atai sinonim dari marah. Jika anda telah berani berbicara dan berkoar-koar tentang emosi, maka sekarang yang menjadi pertanyaan besar adalah: Apakah anda yakin dengan kebenaran ucapan anda? Nah, bagi manusia-manusia yang sering membicarakan ‘emosi’ tapi tidak tahu dan tidak paham dengan apa yang sebenarnya disebut emosi itu sendiri, silahkan baca ulasan berikut ini.

“Dia termakan emosi sehingga tanpa sadar, ia memporakporandakan seisi ruangan.” Atau “Aku sedang emosi (marah) saat ini. Jangan mendekat atau aku akan memukulmu.” Kata-kata diatas kerap dilontarkan ketika kita atau orang disekitar kita sedang dalam keadaan marah. Dari kata-kata diatas jelas dapat dipahami bahwa yang dimaksud kata emosi adalah rasa marah itu sendiri. Padahal dalam konteks kebenarannya, pengertian dari emosi itu tidaklah sesederhana itu. Siapa sangka jika bahagia juga bentuk dari emosi? Siapa sangka jika cinta juga salah satu bagian dari emosi itu sendiri? Lalu, mengapa tidak ada yang merangkai kata seperti ini misalnya: “Aku emosi kepadamu. Maukah kau menikah denganku?” Terdengar sungguh menggelikan bukan? Itulah bukti nyata betapa kita salah kaprah dalam mempersepsikan kata emosi.

Kurang lebih, pengertian emosi adalah suatu perasaan dalam diri manusia yang telah mencapai puncak dari perasaan itu sendiri. Karena pencapaiannya yang telah terlalu tinggi, biasanya emosi ini melibatkan campur tangan dan perubahan fisik nyata dari diri manusia. Suatu perasaan (afeksi) yang tanpa menimbulkan perubahan dalam fisik si empunya perasaan tentu tidak termasuk dalam kategori emosi. Dengan kata lain, emosi adalah suatu kelanjutan perasaan yang berada di atas afeksi. Afeksi yang telah mencapai puncaknya istilah sederhananya. Maka dari itu, afeksi juga emosi ini tidak hanya berbentuk amarah saja.

Melihat dari sisi afeksi atau perasaan itu sendiri, seperti yang kita ketauhi, ada banyak macamnya, antara lain perasaan marah, perasaan cinta, perasaan bahagia, perasaan sedih, perasaan takut, perasaan malu, dan perasaan-perasaan yang lainnya. 

Yang pertama adalah emosi marah. Orang yang sedang berada dalam keadaan marah, keadaannya tersebut dapat dikatakan sebagai suatu emosi jika dalam perasaan marah tersebut telah ada campurtangan fisik yang menyertainya. Misalnya dalam marah, wajahnya memerah, tangannya keras mengepal, dadanya sesak, kekuatan fisiknya bertambah, dan sebagainya.

Begitu juga dengan perasaan cinta. Disini kita dapat menamakan cinta yang belum mencapai taraf emosi sebagai rasa suka atau rasa simpati. Jika suka atau simpati kepada lawan jenis misalnya, maka kita akan sebatas senang bertemu dengan orang yang kita suka tanpa adanya ciri-ciri yang lebih nyata dan spesifik. Tapi jika telah mecapai emosi dari cinta, maka ketika kita bertemu dengan orang yang kita cintai, mungkin jantung kita akan berpacu 2-3 kali lipat dari keadaan normal, salah mengambil langkah (salting), dan mungkin pada akhirnya akan menimbulkan emosi-emosi yang berkaitan seperti malu yang ditandai dengan muka memerah, emosi bahagia yang ditandai dengan wajah berseri dan ingin berteriak dan meloncat misalnya.

Dari paparan di atas sepertinya telah dituturkan secara lugas bahwa emosi itu sifatnya general. Dan spesifikasi dari emosi itu sendiri dapat berupa emosi cinta, malu, marah, bahagia, sedih, dan lain sebagainya.