Global Var

Kepadamu Ibu, Kuselipkan Doa dengan Caraku Sendiri


Padamu Ibu,
Kukirimkan berlajur doa untuk kesejahteraan dan kesehatanmu.

Padamu Ibu,
Kusisipkan gumpalan cinta pembuncah perasaan hati yang tak bertepi.

Padamu Ibu,
Kugariskan lonjoran merah tanda kepentingan akan dirimu selalu ada dan ternomorpentingkan.

Tapi Ibu,
Padamu telah kugoreskan pula koyakan luka oleh pisau kedurhakaan.
Tidak Ibu,
Bukan karena aku membencimu dan ingin menyakiti hati lembutmu,
Tapi Ibu,
Sadarkah engkau jika apa yang kau inginkan justru adalah sesuatu yang tak kuingini?

Ingatkan Bu?
Ketika sesuatu yang kita inginkan berwujud hal yang sama, tetap saja aku menorehkan bintikan luka di hatimu.
Bukan karena apa, Bu.
Aku mempunyai cara berbeda untuk melangkah, yang kerap tak sama dengan cara yang ditawarkan olehmu.

Tapi Ibu,
Betapapun sakitnya sengatan nanah yang ibu derita, Ibu tetap mengalirkan doa kepadaku, kan?
Karna hal-hal semacam itu telah menjadi hukum alam kan Bu?

Padamu Ibu,
Kuhidangkan sepenggal kisah sulit yang memuramkan sinar wajahmu.
Kuberikan siluet cerita yang menggoncangkan jiwa hingga datangnya masa dengan beribu liter air tangis.
Kubeberkan gambaran kenyataan berselubung kabut sesak sedingin salju.

Kepadamu Ibu,
Kuselipkan doa dengan caraku sendiri.