Kawan, kita bisa berteman hanya ketika kita bisa
menyisipkan toleransi di antara posisi kita yang berbeda. Kau tahu kawan, Aku
bukanlah Kau, Kau juga bukan Aku. Kita bukan Aku atau Kau. Kita adalah Kita.
Aku adalah Aku. Dan kau adalah Kau.
Kawan, ketika aku adalah Aku, aku ada dengan segala apa
yang melekat pada diriku. Diriku satu, dengan segala tetek-bengek kelebihan
serta kekuranganku. Aku tak seperti Kau, Kawan. Aku berbeda dengan Kau.
Terkadang ada suatu kesamaan dalam diri kita. Tapi kesamaan itu tak selanjutnya
bisa mengubah Aku menjadi Kau, atau sebaliknya. Aku tetap Aku, dan kau tetap
Kau. Begitu juga keadaanmu ketika aku membahas kau adalah Kau.
Kawan, ketika kita tidak bisa berteman, itu artinya ada
kondisi dimana kita tidak dapat lagi memposisikan toleransi di antara kita
untuk salaing mengerti. Ketika aku tak bisa berteman denganmu, berarti aku tak
bisa menerima perbedaan yang membentang di antara kita. Sesuatu seperti itu,
Kawan, jangan kau sebut sebagai pertemanan. Itu bukan pertemanan, tapi
permusuhan.
Tapi Kawan, ketika kita telah bisa menerima, menghormati
dan menghargai wujud perbedaan diantara kita, ketika kita telah berhasil
membangun jembatan kepercayaan untuk tetap saling bersama dalam keberbedaan,
itulah Kita dalam pertemanan.
Kawan, dalam suatu ikatan pertemanan, ada keselarasan Aku
dan Kau yang biasa mereka sebut sebagai Kita. Tali 'kita' itu
terdiri atas dua kubu oknum yang berbeda; Aku dan Kau. Dan kita tak lagi
sebagai Aku dan Kau.
Kawan, kita tak lagi berwujud Aku dan Aau saat bersama.
Diri yang kita bawa adalah Aku dan Kau, tapi ketika kita bersedia untuk
mengaitkannya dengan rajutan yang unik nan menggairahkan, sebutlah kita sebagai
Kita. Dan yang harus selalu kau ingat, Kawan, bahwa Aku, Kau, dan Kita adalah
berbeda...
Posting Komentar