Global Var

Aku dengan Aku yang Lain

Aku (A) : Hai (lesu)
Aku yang lain (B) : Hai fik, kenapa lesu? kamu sedih?
A : Iya..
B : Pasti sedih banget ya?
A : Iya, sedih banget.
B : Kenapa?
A : Kenapa kau masih tanya? Bukannya kau sudah tau? Kau juga merasakan kan? Sakit? Pasti sakit. Kenapa masih tanya?? (marah)
B : Ya ya fik, tenangkan dulu hatimu. Tak usah dihadapi dengan emosi. Ayo sini, cerita dulu. Pasti rahasiamu terjamin! (mantap)
A : Bagaimana mungkin aku bercerita terhadapmu yang sudah tau semua tentang aku?
B : Kau tau fik? Aku memang tau dengan segala apa yang kau alami, karena memang aku juga mengalaminya. Tapi kamu juga harus sadar. Aku tak bernah bosan mendengar jeritanmu. Aku tak pernah mengeluh mendengar segala macam keluhan dan amarahmu. Dan aku tak pernah berhianat terhadap dirimu. ayolah fik, ceritakan pelan-pelan.
A : Eeee.. aku .. aku sakit ngerasain perlakuan semua orang terhadapku. Setidaknya pagi ini. semua sungguh terasa menjengkelkan.
B : (...........)
A : Kalau aku diberi kesempatan dan aku berani, pengen rasanya kutendang wajah mereka satu persatu. Mengapa mereka begitu tega terhadapku? Aku pernah berada pada posisi mereka, tapi aku tidak memperlakukan mereka seperti yang mereka lakukan terhadapku saat ini.
B : Ya ya.. Wajarlah kau berfikiran seperti itu, mari kita lunakkan hati dulu, tenangkan, dan mencoba lagi untuk bersabar.
A : Cuiih!!! Apa? Sabar? Hellooooowwww??? Berarti, kau lebih suka ketika aku menyediakan diriku untuk mereka aniaya? Seperti itu?
B : Bukan ...
A : Terus apa? Bukannya kau juga merasakan apa yang aku rasakan? Mengapa kau tega menyuruhku untuk sabar? Sekarang ceritakan padaku!
B : Baiklah, kalau kau menanyakan status hatiku, aku akan menjawabnya sakit. Sakit sekali. Tapi aku tahu diri, tidak, aku mencoba untuk tau diri. tidak semua yang ingin aku lakukan, bisa dilakukan. Bukan karena tak masuk akal, tapi lebih dengan keterikatan kita dengan norma. Ingat. Norma. Aku tau aku sakit. Tapi pantaskah aku memperlakukan mereka seperti itu? Sabar itu sulit fik! Aku tak memboikot aku sebagai orang yang sabar, tapi aku mencoba untuk bisa bersabar. Menangis? Boleh. Marah? Silahkan. Ngamuk? Monggo!! Tapi bukan gini caranya. Kontrol emosi kau. Keluarkan jika benar-benar butuh kau keluarkan. Dan tahan selama masih dalam taraf ingin. Jangan dahulukan otakmu untuk masalah ini. Perhatikan hatimu! Kau tau fik? Kau marah, kau menangis, kau menghujat dengan terus menerus itu bukannya suatu hal menuju kemenangan, tapi justru sebaliknya. Mengakulah! Kau melakukan ini karna kau takut kalah? Sungguh tak pantas!
A : (menangis)
B : Menangislah dahulu, tak apa, semoga kesedihanmu akan hilang seiring dengan habisnya persediaan air matamu :')