Global Var

Mulai VS Sudah

Sedikit tulisan gue, sebagai wujud protes atas ketidaksetujuan gue terhadap suatu pernyataan yang sering diungkapkan oleh kebanyakan kaula muda saat marak-maraknya orang minta maaf. (Sori, gue sengaja makek kata ganti "kebanyakan kaula muda" buat mewakili mereka: komunitas yang sering mengatakan kalimat yang bakalan gue uraikan kali ini. Bukan dengan kata ganti "kita", karna gue sadar, gue nggak pernah ikut-ikutan mengatakan kalimat itu untuk tujuan minta maaf. So, elu aja kali gue enggak, hehee). Tulisan ini juga gue tulis sebagai wujud penghargaan gue terhadap bahasa nasionalisme gue, yang erat hubungannya dengan arti dari apa yang ditulis oleh bahasa, dan apa yang dikatakan oleh bahasa.

Oke, to the point aja. Yang nginpirasiin gue buat nulis tulisan ini adalah pengalaman gue sendiri waktu lebaran kemaren. Ceritanya gue lagi asyik ngucapin minal aidin wal faizin gitu deh di twitter (ini akun twitter gue: @NengFikri follow yaa.. hahaa). Waktu gue ngucapin Minal Aidin Wal Faizin ke salah satu temen gue, sebut saja namanya Painem, eh si Painem langsung bales tweet gue dengan ucapan "Iya sama-sama fik, minal aidin wal faizin juga, mulai dari 0-0 yaa? :)".  WHATT??? Mulai dari 0 kata elu??? Ini mau minta maap, apa mau ngisi bensin motor gue nih?(sori pembaca, gue jadi kemakan iklannya pom bensin nih). Lanjut, waktu si Painem bilang kata-kata itu, gue langsung njawab dengan mantep semantep-mantepnya kalo gue GAK MAU MULAI DARI 0!! Nah loh, terus mulai dari mana dong???

Menurut gue, kata yang PAS buat kalimat penerus dari kata "Minal Aidin Wal Faizin" itu bukan "Mulai dari 0-0" Bro, Sis, tapi "Sudah 0-0". Nah, pada nggak setuju kan kalo gue pakek kata "Sudah 0-0"? Oke, sebelum elu pade selaku pembaca blog gue nggak ruwet bin ngamuk-ngamuk gak jelas, ada baiknya kalo kalian baca dulu alesan kenapa gue lebih membenarkan kata "Sudah 0-0" daripada kata "Mulai dari 0-0". Berikut uraiannya:

SUDAH 0-0
Emang nggak enak sih ngucapin kalimat "Sudah 0-0 ya kawaaaann" saat kita minta maaf kesanak saudara atau sohib kita. Tapi menurut gue, kata itu bener secara mutlak, baik teks maupun artinya. Sekarang kalian pikir deh, yang namanya hari raya Idul Fitri itu kan Kembali Fitrah, Kembali Suci, berarti yang namanya kembali suci itu sebelumnya masih kotor, makanya kotor itu kita minta maaf. Nah kata yang bisa mewakili dari dari kembali fitrah itu adalah kata "SUDAH", bukan "MULAI". Maksudnya sih kesalahan yang pernah kita perbuat itu udah dimaafin oleh kedua belah pihak, jadi gampangnya si A udah nggak punya salah sama si B (Nilainya 0), begitu juga sebaliknya.

MULAI DARI 0-0
Kita ngaca dulu ke proses pengisian bensin di pom bensin. Kalian tau nggak kenapa mbak-mbak atau mas-mas di pom bensin itu bilang "Mulai dari 0 yaa" sebagai kata pembuka sebelum meeka ngisi bensin ke motor atau mobil kita? Yap, tujuannya nggak lebih biar kita itu tau dan percaya kalo takaran bahan bakar yang akan dimasukkan kedalem kendaraan kita itu PAS!. Selain itu, tujuan dari kata-kata "Mulai dari 0" itu adalah ngasi klu atau kode buat ngasi tau kita kalo pengisian akan dimulai. Gampangnya, didalem kata mulai itu ada niatan untuk "mengisi". Inget ya, "mengisi" . Sekarang kita hubungkan dengan kaliamat yang tepat untuk minta maaf. Minta maaf itu yang dibahas apa kawan-kawan sekalian? Dosa bukan? Nah, sekarang kita pikir bareng-bareng nih kawan, kalo minta maaf itu menggunakan kata "Mulai" yang mengandung arti "akan di isi", pantes apa enggak? Terus kalo minta maaf itu adalah suatu hal yang mengaiteratkan dosa, secara logika, apanya yang akan diisikan dari kata mulai? Dosa kan? Subhanallah, Naudzubillah banget kan??

Kalo gue sih milih yang aman atas pemikiran dan dasar dari apa yang gue mengerti dan apa yang gue percaya. Sedikit suntikan materi agama yang pernah gue denger dan gue jadiin sebagai tambahan landasan buat tulisan gue kali ini, yaitu bahwa niat baik itu akan dicatat baik sama malaikatNya, sedangkan niat buruk itu ngga dicatat apa-apa olehNya. So, daripada gue nggak dapet apa-apa makek kata "Mulai", lebih baik gue dapet pahala dari kata "Sudah". 

Sekian dulu dari gue, buat pembaca yang nggak sependapat sama gue, pastinya kalian punya landasan pikiran tersendiri akan pendapat-pendapat yang kalian jadikan pegangan. So, gue harap nggak ada yang tersinggung atas postingan kali ini. Terimakasi dan Wassalam :)